Roeslan
Saleh dalam bukunya Stelsel Pidana Indonesia mengatakan bahwa KUHP
Indonesia membatasi kemungkinan dijatuhkannya pidana mati atas beberapa
kejahatan yang berat-berat saja. Yang dimaksudkan dengan kejahatan-kejahatan
yang berat itu adalah :
1. Pasal104 (makar terhadap presiden dan wakil presiden)
2. Pasal 111 ayat 2 (membujuk negara asing untuk bermusuhan atau
berperang, jika permusuhan itu dilakukan atau jadi perang)
3. Pasal 124 ayat 3 (membantu musuh waktu perang)
4. Pasal 140 ayat 3 (makar terhadap raja atau kepala negara-negara
sahabat yang direncanakan dan berakibat maut)
5. Pasal 340 (pembunuhan berencana)
6. Pasal 365 ayat 4 (pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan
luka berat atau mati)
7. Pasal 368 ayat 2 (pemerasan dengan kekerasan yang mengakibatkan
luka berat atau mati)
8. Pasal444 (pembajakan di laut, pesisirdan sungai yang
mengakibatkan kematian). Beberapa peraturan di luar KUHP juga mengancamkanpidana mati bagi pelanggarnya. Peraturan-peraturan itu antara lain:
1. Pasal 2 Undang-Undang No.5 (PNPS) Tahun 1959 tentang wewenang
Jaksa Agung/Jaksa Tentara Agung dan tentang memperberat ancaman hukuman
terhadap tindak pidana yang membahayakan pelaksanaan perlengkapan sandang
pangan.
2. Pasal 2 Undang-Undang No. 21 (Prp) Tahun 1959 tentang
memperberat ancaman hukuman terhadap tindak pidana ekonomi.
3. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Darurat No. 12 tahun 1951 tentang
senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak.
4. Pasal13 Undang-Undang No. 11 (PNPS) Tahun 1963 tentang
pemberantasan kegiatan subversi. Pasal 23 Undang-Undang no. 31 T ahun 1964
tentang ketentuan pokok tenaga atom.
6. Pasal 36 ayat 4 sub b Undang-Undang no. 9 tahun 1976 tentang
Narkotika
7. Undang-Undang No.4 Tahun 1976 tentang kejahatan penerbangan dan
kejahatan terhadap sarana/prasarana penerbangan.
0 komentar:
Post a Comment