PERADABAN ARAB PRA-ISLAM
Peradaban Arab Pra-Islam. Sebelum Islam diperkenalkan dan diperjuangkan oleh Muhammad SAW sebagai
pondasi peradaban baru, bangsa Arab dan bangsa-bangsa yang ada di sekitarnya
telah memiliki peradaban. Maka dalam pembahasan ini, akan diungkapkan beberapa aspek
peradaban Arab pra-Islam, di antaranya agama, politik, ekonomi dan seni budaya.
Sebelum kedatangan Islam yang dibawa oleh Muhammad, di dunia Arab
terdapat bermacam agama yang dianut oleh masyarakat Arab. yaitu paganisme
[penyembah berhala], Kristen, Yahudi, dan Majusi. Menurut Nurcholish
Madid, masyarakat Arab telah mengenal agama tauhid semenjak kehadiran Ibrahim alaihissalam.
Peninggalan agama Ibrahim masih tersisa ketika Islam diperkenalkan pada
masyarakat Arab dan peninggalan agama Ibrahim yang masih sangat terasa adalah “penyebutan
Allah sebagai Tuhan mereka”. Secara fisik peninggalan nabi Ibrahim dan
Ismail yang masih terjaga dan terpelihara sampai sekarang adalah Baitullah atau
Ka’bah yang berada di pusat kota Mekkah.
Dalam catatan sejarah, bahwa sebelum menjelang kelahiran Islam,
bangsa Arab masih “menempatkan Allah sebagai Tuhannya”, walaupun dalam
perkembangan berikutnya mengalami proses pembiasaan yang mengakibatkan
terjadinya “pengingkaran prinsip tauhid”. Pada umumnya, bangsa Arab saat
itu menjadikan berhala sebagai sesuatu yang sangat dekat dengan mereka, yang
dianggap membimbing dan menentukan kehidupan mereka. Oleh karenanya, masyarakat
Arab pada saat itu disebut sebagai penyembah berhala atau paganisme. Hal
yang menyebabkan bangsa Arab menyembah berhala, yaitu setiap mereka pergi keluar
kota Mekkah, mereka selalu membawa batu yang diambil dari sekitar Ka’bah,
mereka menyucikan batu dan menyembahnya di manapun mereka berada. Lama
kelamaan, kemudian berkembang dengan dibuatkan patung yang terbuat dari batu
untuk disembah dan orang-orang selalu mengelilinginya [thawaf]. Mereka
memindahkan dan menempatkan patung-patung tersebut di sekitar Ka’bah yang
jumlahnya mencapai 360 buah.
Selain itu, ada juga patung-patung yang tetap berada di luar Mekah,
dan beberapa patung yang terkenal, yaitu : [1] Manah atau Manata di dekat
Yatsrib atau Madinah, [2] Al-Latta di Taif [menurut catatan sejarah ini adalah
patung yang tertua], [3] Al-Uzza di Hijaz, dan [4] Hubal atau patung terbesar
yang terbuat dari batu akik yang berbentuk manusia dan diletakkan di dalam
Ka’bah. Mereka percaya bahwa menyembah berhala-berhala tersebut bukan berarti
menyembah wujudnya, tetapi hal tersebut dimaksudkan sebagai perantara untuk
menyembah Tuhan. Pernyataan sebagaimana diterangkan dalam Qur’an, “Kami
tidak menyembah kepada mereka, tetapi hanya agar mereka mendekatkan diri kepada
Tuhan sedekat-dekatnya.” [QS. Az-Zumar: 3]. Setelah masuknya Islam, maka
masa itu disebut sebagai masa jahiliyah, masa kegelapan, masa kebodohan dalam
hal agama, bukan dalam bidang eknomi perdagangan dan sastra. Mereka beragama
dengan “mengagungkan anggapan-anggapan mereka sendiri”, dan berpengaruh pada
perilaku-perilaku sehari-sehari yang akhirnya menyimpang dari hakikat ber-Tuhan
itu sendiri. Sebagai contoh, yang tercatat dalam sejarah, bahwa beberapa
perilaku bangsa Arab pra-Islam adalah “membunuh anak perempuan”,
perilaku ini menjadi “kebanggaan bagi mareka” dan apabila membiarkan anak
perempuan itu hidup hal ini menjdi suatu kehinaan bagi sang bapak. Mereka juga
“melembagakan perbudakan, kebisaan minum arak dan judi”, dan sebagainya.
Peradaban Arab Pra-Islam. Dalam
kehidupan keagamaan bangsa Arab pra-Islam, ajaran agama Nabi Ibrahim masih
berbekas dan masih berpengaruh di kalangan mereka. Tetapi sebagian di kalangan
bangsa Arab masih ada yang tidak menyukai menyembah berhala dan
perilaku-perilaku di atas. Mereka adalah “Waraqah bin Naufal dan Usman
bin Huwairis”, yang menganut agama Kristen, Abdullah ibnu Jahsy yang
ragu-ragu [ketika Islam datang ia menganutnya tetapi kemudian ia menganut agama
Masehi]. Zaid bin Umar, tidak tertarik kepada agama Masehi, tetapi ia juga
enggan menyembah berhala sehingga ia mendirikan agama sendiri dengan menjauhi
berhala dan “tidak mau memakan bangkai dan darah” sikap ini juga dilakukan oleh
Umayah bin Abias-Salt dan Quss bin As’idah al-Iyadi, juga mempunyai sikap yang
sama.
Perkembangan agama Masehi, banyak dianut oleh penduduk Yaman,
Najran, dan Syam [sekarang Syria, Palestina, Libanon], sedangkan agama Yahudi
dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran yang tinggal di Yaman dan Yasrib [Madinah]
yang cukup besar jumlahnya, serta dianut oleh kalangan orang-orang Persia.
Dalam perkembangan agama Masehi [Kristen], para penganutnya berselisih satu
sama lain, seperti pandangan tentang kesucian Maryam [sampai sekarang]. Apakah
Maryam lebih utama dari anaknya Nabi Isa al Masih, ataukah anaknya yang lebih
utama dari ibunya [Maryam]? Mereka berpencar-pencar menjadi banyak sekte. Dalam
perselisihan itu, kaum Yahudi tidak melerainya, bahkan mereka tidak menyukai
kaum Masehi, dikarenakan kaum Masehi telah mengusir kaum Yahudi dari negeri
Palestina. Dipihak lain, hubungan kaum Yahudi dengan bangsa Arab yang menyembah
berhala justru cukup baik dan orang-orang Arab sendiri tidak mau mengikuti
agama [Masehi] orang-orang yang berselisih paham dan bagi mereka cukuplah
menyembah berhala [paganisme].
2.
Sistem
Politik
Bangsa Arab pra-Islam di sekitar Mekah, khususnya suku Quraisy
mengembangkan “sistem pemerintahan oligarki” yang membagi-bagi kekuasaan
berdasarkan bidang-bidang tertentu. Ada kabilah tertentu yang bertugas
menangani masalah peribadatan, ada yang bertugas menangani bidang pertahanan,
ada pula yang bertugas dalam pengembangan perekonomian.
3.
Ekonomi
dan Kesenian
Bangsa Arab termasuk suku bangsa yang senang dan gemar berdagang
dan kesenian. Dalam bidang ekonomi, bangsa Arab telah mencapai perkembangan
yang pesat. Mekah bukan saja merupakan pusat perdagangan lokal melainkan sudah
menjadi jalur perdagangan dunia yang penting pada saat itu, karena posisinya
menghubungkan antara utama [Syam], selatan [Yaman], timur [Persia] dan barat
[Mesir dan Abessinia]. Keberhasilan Mekah menjadi pusat perdagangan
internasional, hal dapat terwujud karena kejelian Hasyim, tokoh penting suku
Quraisy yang merupakan kakek buyut Muhammad saw, dalam mengisi
kekosongan peranan suku bangsa lain di dalam bidang perdagangan di Mekah
sekitar abad keenam masehi. Kegiatan peredaran dagang mereka, seperti
dikisahkan atau dicatatkan dalam Qur’an : “Tuhan telah membiasakan kaum
Quraisy dalam perjalanan di musim dingin dan musim panas. Karena itu hendaklah
menyembah Tuhan Ka’bah ini, yang telah memberi mereka makan diwaktu kelaparan
dan mengamankan mereka dari ketakutan” [QS. Quraisym 106:14].
4.
Seni
Budaya
Pada kehidupan bangsa Arab, sastra mempunyai arti penting dalam
kehidupan mereka. Bangsa Arab mengabdikan peristiwa-peristiwa dalam syair yang
diperlombakan setiap tahun di pasar seni Ukaz, Majinnah, dan Zu
Majaz. Bagi yang memiliki syair yang bagus, ia akan mendapat hadiah, dan
mendapatkan kehormatan bagi suku dan kabilahnya serta syairnya digantungkan di
Ka’bah dinamakan almu’allaq al-sab’ah. Menurut catatan sejarah,
bangsa Arab adalah bangsa yang “kemampuannya menghafalnya” sangat
tinggi, khususnya hafalan terhadap syair-syair.
5.
Ilmu
Bangsa Arab sebelum Islam
Peradaban Arab Pra-Islam. Lingkungan
bangsa Arab sebelum Islam adalah padang pasir yang tandus; perjalanan kehidupan
sepandjang hari dan malam, tidak menemukan suatu kehidupan lain kecuali jarang
sekali. Sesungguhnya lingkungan seperti ini, membuat bangsa yang bermukim
disitu, jauh dari ilmu pengetahuan dan peradaban, karena diantara factor yang
terpenting dalam penyebaran ilmu pengetahuan adalah kemudahan transportasi, dan
banyaknya dinamika serta komunikasi yang tetap dengan dunia luar.
Demikianlah keadaan bangsa Arab di zaman jahiliah, tiada bagi
mereka satupun dalam ilmu pengetahuan, bahkan tiada satupun kehidupan yang
rasional tampak disana. Akan tetapi yang berkembang dikalangan mereka ialah
kebodohan, dan yang merata bagi mereka adalah kebutaan dalam tulis baca. Adapun
pengetahuan mereka yang umum dikenal adalah khurafat [cerita bohong] dan
dongeng-dongeng. Tidak mengherankan bahwa wahyu [ayat] yang pertama diturunkan
itu adalah suatu perintah yang jelas dan tegas kepada Nabi, agar beliau
membaca, padahal beliau tidak dapat membaca. Ayat itu juga berseru agar beliau
belajar menulis dengan kalam [pena], padahal beliau berada dalam lingkungan
yang belum pernah belajar atau mengajar. Islam adalah agama ilmu dan
kesejahteraan. Demikianlah keistimewaan Al-Qur’an yang meliputi berbagai
keistimewaan, terutama dia adalah seruan kepada ilmu. [QS. 96: Al-Alaq: 1-5].
Lafaz ilmu dan pecahannya telah berulangkali tersebut dalam
Al-Qur’an hingga sebanyak 765 kali [dalam berbagai tempat] dan mendorong
manusia melakukan penelitian terhadap apa yang dipelajarinya dalam berbagai
ayat seperti:
Dalam Surat 10: Yunus : 101, [2] Dalam Surah 29: Al-Ankabut : 20
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan berbagai cabang ilmu berjumlah 750 ayat,
dan tiap-tiap cabang ilmu disebutkan lebih dari satu ayat.
Peradaban Arab Pra-Islam. Berikut
ini kita dapat menemukan ayat-ayat yang berkenaan dengan ilmu tertentu antara
lain:
1.
Ilmu
alam [kosmologi] dalam surah 21: Al-Anbiya: 30. Ayat tersebut mengandung teori
yang terpenting yang dikemukakan oleh Laplace [astronomi Prancis th. 1749-1827]
tentang penciptaan alam semesta.
2.
Ilmu
geografi, dalam surah 15: Al-Hijr: 22.
3.
Ilmu
tumbuh-tumbuhan dalam surah 6: Al-An’am:99
4.
Ilmu
hewan, dalam surah 88 : Al-Ghaasyiyah: 17.
5.
Biologi
dan sejarahnya, dalam surat 6 : Al-An’am: 38
6.
Ilmu
kimia, dalam surah 16 : An-Nahl: 66
7.
Ilmu
pertanian, dalam surah 2 : Al-Baqarah: 265
8.
Ilmu
jani [embriologi] dalam surah 39: Az-Zumar: 6
9.
Ilmu
kesehatan makanan dan gizi, dalam surah 7: Al-A’raf: 31
10. Ilmu kejadian manusia dan perkembangannya, dalam surah 23 :
Al-mu’minun: 12-14
11. Ilmu kedokteran tentang pencegahan [preventive medicine], dalam
surah 5: Al-Maidah :3
12. Ilmu kedokteran jiwa [psychotherapy] yang berdasarkan analisis
psikis, dalam menyembuhkan pasiennya; dalam surah 4: An-Nisaa: 110.
13. Ilmu genetika, dalam surah 19: Maryam :28
14. Al-Qur’an telah mengelompokkan makhluk hidup atas beberapa kelompok
sebelum ilmu pengetahuan modern sampai kepada pengelompokan ini. Dalam surah 24
: An-Nur: 45
15. Dari ilmu tentang metafisika lahir suatu fakta ilmiah, sebagaimana
tersebut dalam surah 39: Az-Zumar : 42. Ayat ini menjelaskan adanya roh keluar
untuk sementara di waktu tidur, dan adapula roh yang keluar untuk selamanya di
waktu mati.
16. Ayat yang menerangkan tentang sinar X (radio aktif) dari zarrah
(atom), dalam surah 44: Ad-Dukhan: 10-11
17. Ledakan nuklir , dijelaskan dalam surah 81: At-Takwir:6
18. Al-Qur’an telah mendahului ilmu pengetahuan modern tentang ilmu
keantariksaan yang menetapkan bahwa kesuksesan penaklukan ruang angkasa itu
apabila cukup mengusai ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sebagai sarana dan
prasarananya; dalam surah 55: Ar-Rahman: 33
19. Dalam penyelidikan tentang adanya makhluk hidup di planet-planet,
Al-Qur’an telah menetapkan, bahwa diberbagai langit (planet-planet) itu,
terdapat makhluk hidup yang cerdas, dan selalu bertasbih [mensucikan Allah],
sebagaimana halnya makhluk di bumi. Dalam surah 17:Al-Israa:44.
20. Ayat-ayat keilmuan yang diterangkan Al-Qur’an mendorong pemikiran
ilmiah, dan mengajak berpikir ilmiah, sebagai dalil atas wujud Allah SWT. Hal
ini diterangkan dalam banyak ayat, yang diantaranya sebagai berikut:
[a] Dalam surah 23: Al-Mu’minun: 84
[b] Dalam surah yang sama ayat 86
[c] Al-Qur’an dalam pernyataannya tentang ke-Esaan Allah mendorong
manusia agar mereka memikirkannya dengan akal sehat sebagaimana dalam firmanNya
dalam surah 21: Al-Anbiyaa: 22
[d] Allah juga menegaskan kedudukan para ulama [ilmuan] setelah
para malaikat dalam hal tauhid, sebagaimana firman Allah dalam surah 3 : Ali
Imran : 18.
0 komentar:
Post a Comment